Sabar dan Tidak Berbalas Pantun

oleh -371 views
Nirwan (tengah) bersama masyarakat. (Ist)

SEJAK proyek jembatan Sambaliung dikerjakan, sosok yang satu ini tak asing bagi warga yang menggunakan jasa angkutan penyebrangan sungai. Nirwan atau H Iwan orang-orang memanggilnya, dia didaulat sebagai Koordinator lapangan (korlap) penyebrangan.

Selaku korlap, tugasnya langsung bersentuhan dengan masyarakat pengguna roda dua dan roda empat ini.  Tugas ini benar-benar dijalaninya dengan rasa permen nano-nano. Mengapa rasa nano-nano? Berbagai rasa dialaminya, ada rasa asem, manis sebagai konsekuensinya.

“Walaupun kami kepanasan dan kehujanan kami tetap sabar dan ikhlas melayani masyarakat yang mau menyebrang pakai klotok kayu. Pertama tamanya memang sangat menegangkan dan banyak perkataan yang tidak sepantasnya disampaikan kepada kami,” kata Iwan mengenang.

Dan dirinya sangat memaklumi, di tengah kondisi panas terik, antrian panjang, menyulut aneka rasa. “Sabar dan tidak berbalas pantun. apapun perkataan atau luapan emosi masyarakat, harus ditanggapi dengan sabar, intinya melayani masyarakat,”  kata Iwan.

Putera bungsu dari almarhum H Nawier, owner Hotel Nirwana itu, sigap melaksanakan tugas bersama anggotanya yang berjumlah 8 orang, dan bergantian setiap 6 jam.

“Menghadapi dan melayani warga yang membawa sayur dari Sambaliung, ibu hamil, membawa bayi, orang sakit, anak sekolah, orang tua, ” papar Iwan.   

Pernah Iwan mengalami , ketika ada masyarakat yang turut menyebrang dari Sambaliung ke Tanjung Redeb, tiba-tiba mengalami sesak napas. Secepatnya menelpon pihak kesehatan untuk disambut dengan ambulance untuk menghantarkan ke RSUD.

Untuk pedagang yang membawa sayur sayuran, juga diutamakan, selain ibu hamil dan orang tua, disabilitas, serta anak sekolah.

“Terkadang saking asyiknya menjalankan tugas, sampai lupa makan dan minum, saya sangat menikmati  tugas yang diamanahkan,“ paparnya.

“Saat pertama buka penyebrangan di depan perpustakaan, kami hanya bisa istirahat kurang lebih 1 jam setiap harinya, di bawah tenda bantuan dari BPBD, beberapa hari kemudian dapat bantuan tarup dari kelurahan Bugis ada tiga tarup,” ceritany lagi.

Namun seiring berjalan, ada petugas lain yang membantu, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. “Alhamdulillah jembatan sudah dapat dipergunakan, saat ini kendaraan roda dua,” katanya.

Sekitar bulan Oktober, Iwan bersama 8 petugas lainnya, kemungkinan besar akan mengakhiri masa tugas di bagian penyebrangan sungai. Karena jembatan Sambaliung akan berfungsi seperti sediakala. (helda) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *