Rumah Kompos Azzura Kerap Menjadi Wadah PKL Siswa dan Mahasiswa

oleh -186 views
Alat penyaring kompos

GUNDUKAN tanah hitam kecoklatan terlihat ketika akan masuk ke dalam rumah Azzura tempat pembuatan kompos di Gang Wira Jalan H Isa 2 Tanjung Redeb. Selain itu ada beberapa unit alat penyaring kompos, pencacah dan alat alat kecil serta botol botol berisi cairan.

“Ini pupuk organik cair, “ katanya memperlihatkan botol botol berisi cairan.

Sambil menunjuk gundukan tanah kompos, Ibrahim pemilik rumah kompos Azzura ini berkata, kompos juga merupakan salah satu jenis pupuk organik, karena disitu bahan bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di dalam bahan organik.

Aktivitas membuat kompos digeluti Ibrahim berjalan 12 tahun, tentu selain hobi Ibrahim mendapatkan income tambahan dari kompos. Penggelut penghijauan, pekebun, terutama petani di perbatasan Berau –Bulungan menjadi langganan, sebagai konsumen kompos rumah Azzura.

Ibrahim di rumah pembuatan kompos azzura. (Ist)

Sisi lain, mendaulat dirinya di jadikan ‘guru’ bagi siswa dan mahasiswa untuk belajar. Rumah kompos Azzura dijadikan tepat Praktek Kerja Lapangan untuk siswa SMA di Kedaung dan mahasiswa Stiper Berau . “Mereka belajar mulai siang sekitar pukul 15.30 , karena saya menunaikan pekerjaan saya di Kelurahan ,” kata Ibrahim yang juga Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Kelurahan Gunung Panjang.

Saat inipun Ibrahim dijadikan pemateri pada Sosialisasi Pembuatan Kompos dan Budidaya Maggot oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau pada 10 Kelurahan.

Pernah menimba ilmu pertanian (D3) dan Fahutan (S1) Unmul Samarinda ini , stay dengan fashionnya di bidang pembuatan kompos, berkebun dan bertani, memilah sampah menjadi barang berguna.

Cerita Ibrahim belasan tahun lalu oleh kantornya pernah diajak studi banding ke Purwokerto , dengan materi daur ulang sampah dan pembuatan kompos.
Dari situlah Ibrahim memulai, sisi lain ketika itu ingin menjadikan sampah organik rumah tangga menjadi berguna.

Karena kebutuhan bahan dasar saat ini cukup tinggi untuk pembuatan kompos, Ibrahim bekerjasama dengan pedagang di pasar Adji Dilayas. Dirinya menampung sampah sayur, pisang yang mulai membusuk untuk bahan pembuatan kompos.

“Daripada dibuang, lebih baik dimanfaatkan. Kadang mereka mampirkan kesini antarkan atau saya ambil kesana,” cerita Ibrahim.

Begitupula dengan karung karung untuk kemasan kompos, Ibrahim memanfaatkan karung bekas pakan dari peternakan ayam. Semua dari barang yang tidak digunakan lagi. Hanya saja untuk alat atau mesin mengunakan barang baru, dibeli dan ada pula di rakit sendiri seperti mesin pencacah.

Dia menyebutkan, karena kerap dijadikan wadah PKL, sehingganya dia membuat lahan peninggalan orang tuanya di Sambaliung menjadi tempat edukasi yang terintegrasi.

“Ada lahan pertanian padi sawah meski hanya seluas 50 x 40 meter, kemudian di sebelahnya ada lahan holtikultura yang berisi tanaman sayur sayuran seperti terong, timun, cabe, sawi dan sayuran lainya. Kemudian ada kolam ikan Nila ,” papar sekretaris Pecinta Anggrek Indonesia ini.

Sehingga menjadi tempat belajar bertani , berkebun, memelihara ikan, selain belajar membuat kompos di lokasi gang Wira Tanjung Redeb.

Untuk menularkan kepedulian akan lingkungan dan memanfaatkan lahan, Ibrahim di tempat kerjanya kelurahan Gunung Panjang juga menanam sayur sayuran di halaman belakang, meski lahannya kecil.

“Toh bibit dan komposnya sudah ada, tinggal tanam. Jika panen terserah teman teman tinggal petik,” kata Ibrahim sambil tersenyum.(adv/dl/helda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *