TANJUNG REDEB DIMENSINEWS-
Komposisi sampah di Kabupaten Berau berdasarkan data di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, bahwa komposisi sampah di Kabupaten Berau tahun 2022, sejumlah 50,07 persen adalah sampah makanan (food waste).
Hal ini dipaparkan Irwadi Siregar Pengawas Lingkungan pada DLHK dalam acara Sosialisasi Gerakan Selamatkan Pangan , Senin (4/12/2023) di ruang Sangalaki Kantor Bupati Berau Jl.APT Pranoto Tanjung Redeb.
Irwadi yang membawakan materi mengenai Dampak Food Waste Terhadap Lingkungan Hidup dan Penanganannya. Dalam pemaparannya menyebutkan kalau di Indonesia faktanya sampah makanan ini sebanyak 41.69 persen atau 7,98 ton pada tahun 2022 adalah sampah makanan berdasarkan sumber SIPSN KLHK.
“Di Indonesia penghasil sampah makanan terbanyak kedua di dunia setelah Arab Saudi. Untuk sampah makanan kita di Indonesia , untuk setahun dapat dimakan 28 juta orang . Limbah makanan setiap hari dibuang senilai 27 trilliun, sebut Irwadi Siregar.
Apa sih yang termasuk sisa makanan itu ?
Dijelaskan bahwa sisa makanan yang menjadi food waste itu, seperti food loss atau kehilangan makanan terbentuk sebelum makanan sampai pada tangan konsumen atau belum dapat dikonsumsi oleh konsumen.
Di paparkan Irwadi , kalau penyebab food loss, seperti proses pra panen tidak menghasilkan mutu yang diinginkan pasar. Kemudian yang kedua adalah penyebab terjadinya kehilangan makanan ini adalah kurangnya permintaan konsumen di pasar.
“Selanjutnya terlalu lama di dalam gudang dan lama kelamaan menjadi basi dan berbau busuk . kemudin selanjuatnya kerap kita alami kurang bijak membeli bahan makanna, belanja bahan makanan tanpa perencanaan menyebabkan bahan makanan berlebihan atau tidak tepat guna,” paparnya.
Lalu Food Waste (sampah makanan) , merupakan makanan yang sudah layak di konsumsi oleh konsumen, namun terbuang pada tahap eceran atau konsumsi akhir.
“Contohnya , makanan yang tidak habis termakan, expired , tidak matang , dan sering kita temukan hampir di setiap tempat yang berada di lingkungan kita,” papar Irwadi.
Penyebab menumpuknya sampah makanan , yang kerap kita alami sehari hari karena tidak dapat menghabiskan makanan, lapar mata. “Dan ada kita membeli makanan berdasarkan keinginan bukan membeli yang benar benar dibutuhkan ,” kata Irwadi.
Dan Kerap terlalu lama menyimpan makanan, makanan berlebihan sehingga expired . “Satu hal , tidak tau cara memperlakukan sisa makanan . smapah makanan bisa dimanfaatkan menjadi kompos, pakan ternak dan lainya,” kata Irwadi sambil menyebutkan kalau saat ini DLHK sedang mengadakan sosialisasi pembuatan kompos dan budidaya maggot dari sampah organik pada 10 kelurahan di Tanjunt Redeb dan sekitarnya.
Dampak pembusukan sampah makanan menghasilkan gas metan (ch4) dan CO2GRK karena perubahan iklim. Serta menghasilkan air lindi yang dapat mencemari air dan tanah.
Cara mengurangi food waste dengan menerapkan gaya hidup minim sampah dan memilah sampah dari rumah, dengan membatasi timbulan sampah makanan (reduce).
“Dengan mengurangi kebiasaan belanja makanan yang berlebihan, simpan barang belanja dengan benar agara tahan lama, menggunakan bahan makanan yang lebih dahulu dibeli untuk menghindari pembusukan dan kadaluarsa,” rinci Irwadi.
Metode selanjutnya adalah memanfaatkan sisa makanan (reuse) dengan mengolah makanan atau menyerahkan kepada komunitas penerima makanan lebih.
Metode selanjutnya adalah daur ulang (recycle) dengan membuat pengomposan , eco enzyme, biogas, pakan ternak dan budidaya maggot.(adv/dl/hel)