Tidak ada Tambak dan Tangkap Ikan Ramah Lingkungan 

oleh -155 views

TABALAR,DIMENSINEWS-

Program Kampung Iklim dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya sehingga seluruh pihak terdorong untuk melaksanakan aksi nyata yang dapat memperkuat ketahanan masyarakat menghadapi perubahan iklim serta memberikan kontribusi terhadap upaya pengurangan emisi gas rumah kaca.

Kampung Buyung Buyung merupakan salah satu kampung di Kabupaten Berau yang memiliki predikat utama kampung iklim pada tahun 2022 lalu. Di kampung ini telah berjalan aktivitas warga yang mata pencahariannya nelayan.

Menurut keterangan kepala kampung Buyung Buyung Mustafa, tetap berpegang dengan upaya menjaga lingkungan dan menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan adaptasi perubahan iklim.

“ Termasuk menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang dapat mendukung upaya penanganan perubahan iklim dan pengendalian kerusakan lingkungan secara umum,” paparnya.

Dipaparkan kalau di kampung Buyung Buyung tidak ada tambak ikan, masyarakat sebagai nelayan laut dengan pola menangkap ikan ramah lingkungan.

Meski membangun tambak memiliki dampak positif secara financial, namun warga menjaga kampung agar tetap lestari dengan memperhatikan kondisi alam. Tak pelak predikat kampung iklim utama diberikan kepada Kampung Buyung Buyung memang sangat layak.

Karena kampung ini tidak ingin berkurangnya tumbuhan hijau di hutan bakau akibat dipakai oleh tambak ikan. Sisi lain meningkatnya limbah yang dihasilkan tambak ikan dan mencemari lingkungan, masuknya air laut ke dalam tanah, terjadinya erosi di sungai atau pantai.

Sejak tahun 2017-2018 Kampung Buyung Buyung membuat wisata hutan mangrove di wilayahnya, dan menanam bibit bibit pohon di lahan lahan kritis . Ketika itu ada LSM lingkungan yang membersamai kampung Buyunb Buyung mengelola dan menata kampung untuk menuju kampung iklm.

Upaya mitigasi terus dilakukan, untuk terus menjaga agar tetap lestari hutan magrove di kampung ini ada patroli di kawasan hutan mangrove, begitupula menjaga di lahan kritis pohon yang telah di tanam.

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Mustakim Suharjana, menyebut pembinaan terhadap kampung, baik yang menuju kampung iklm ataupun yang sudah berstatus kampung iklm, terus di lakukan.

Kampung terus dibina, salah satunya mereka juga diberikan refrensi bagaimana kampung iklim di luar Kaltim. Seperti bulan Oktober lalu 10 Kampugn Iklim di Berau, di bawa studi ke Magelang mempelajari mengenai limbah tahu menjadi biogas. Sebuah kampung yang membuat tahu, namun limbahnya tidak mencemari lingkungan. Limba dikelola menjadi biogas yang bermanfaat bagi warga. (adv/dl/hel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *