Tarif ke Tempat Wisata Mahal? Ini Kata Wakil Rakyat

oleh -113 views
Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Berau, Abdul Waris

TANJUNG REDEB, DIMENSINEWS – Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Berau, Abdul Waris, turut menyoroti keluhan pengunjung di salah satu objek wisata di Kecamatan Biatan yang dianggap mematok tarif cukup mahal.

Disebutkan, objek wisata Air Panas Pemapak di Kampung Biatan Bapinang menetapkan harga tiket masuk mencapai Rp 35 ribu per orang.

Waris menegaskan, persoalan harga tiket yang dianggap pengunjung kemahalan di Biatan Bapinang itu, bisa menjadi evaluasi para pengurus destinasi wisata di Kabupaten Berau.

“Biaya tarif wisata itu dikeluhkan mahal oleh banyak kalangan. Ini harus jadi bahan evaluasi para pengelola, terutama yang dikelola kampung dan pemerintah daerah dalam mengelola wisata ke depannya,” ucapnya Selasa (16/4/2024).

Ia menyampaikan, penetapan tarif retribusi wisata harus melibatkan parapihak.

“Meskipun pada dasarnya, murah dan mahalnya tiket masuk itu memang relatif. Tapi ketika menjadi keluhan, ini yang harus jadi perhatian,” ungkapnya.

Apalagi, kata Abdul Waris, pelayanan dan fasilitas di objek wisata tersebut dinilai memadai.

“Jangan sampai, persoalan keluhan terhadap tarif masuk ke wisata menjadi bumerang bagi objek wisata itu sendiri,” ujarnya.

Jangan sampai tidak ada lagi wisatawan yang berkunjung, karena tarif masuk yang dinilai terlalu mahal.

“Artinya, tidak jadi masalah agak mahal, asal fasilitas wisata maksimal. Tetapi, apabila itu bertolak belakang dengan fasilitas pendukung yang ada, itu juga tidak dibenarkan,” bebernya

Hal yang lebih penting, menurutnya, objek wisata yang ada memberikan efek domino yang lebih besar. Ada perputaran uang lebih besar dari sekadar tiket masuk tempat wisata itu sendiri. Justru kehadiran wisatawan, bisa mendorong sektor UMKM di kawasan kampung ini. Sehingga, roda perekonomian kampung akan lebih hidup jika wisawatan banyak berdatangan.

Sebaliknya, jika tempat wisata sepi karena pengunjung kapok datang lagi, efeknya malah jangka panjang akan terus menerus sepi. Sebab, yang dibutuhkan bukan orang sekali berkunjung terus kapok. Melainkan orang datang lagi dan lagi karena merasa puas dan merasa senang dengan tempat wisata yang ada.

“Kami dari DPRD Berau, mendorong para pihak, termasuk pengelola dan Pemkab untuk duduk bersama menyikapi keluhan ini,” tambahnya.

Ia mengaku maklum, objek wisata menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD).  Tapi yang jauh lebih penting, menurutnya adalah, efek positif yang dirasakan masyarakat setempat.

“Yang penting, dana operasional tetap ada, apalagi jika objek wisata ini dikelola BUMK atau Pokdarwis kampung setempat,” imbuhnya.

Dari sisi pengunjung, Ia juga berharap tetap ada kontribusi untuk membangun kampung lewat penjualan tiket tersebut. Sekaligus menjaga tempat wisata tetap terjaga.

“Semoga tarif masuk bukan digunakan hanya untuk kepentingan sepihak, tapi digunakan untuk kepentingan bersama dan mendukung pembangunan daerah,” paparnya.

Ia juga berharap Dinas Pariwisata melakukan sosialisasi peraturan daerah (Perda) terkait tarif dan retribusi objek wisata, supaya pengelolaan objek wisata dapat dikelola dengan maksimal.

“Harapannya, objek wisata dapat dikelola secara profesional dan pariwisata Berau semakin maju,” pungkasnya. (*) (adv/dprd2024/si)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *