SAMARINDA – Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda menggelar Yudisium Pascasarjana XXX di Auditorium Kampus 1, Jalan KH Abul Hasan, Samarinda, Selasa (27/8). Acara tersebut dipimpin Direktur Pascasarjana UINSI Samarinda, Prof. Dr. H. Mukhamad Ilyasin, M. Pd.
Para mahasiswa tersebut terdiri dari berbagai program studi yaitu Hukum Keluarga (HK), Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Ilmu Al Quran dan Tafsir (IAT), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Pendidikan Agama Islam (PAI), serta Ekonomi Syariah (ES).
Dalam sambutannya, Prof. Ilyasin menekankan pentingnya integritas sebagai pondasi utama dalam kehidupan pasca studi. Menurutnya, yudisium ini bukanlah akhir, melainkan awal dari langkah baru dalam kehidupan. “Integritas adalah landasan penting dalam setiap keputusan yang diambil. Ini akan menentukan karakter dan nilai kita di tengah masyarakat dunia,” ujar Prof. Ilyasin.
Ia juga mengingatkan para lulusan untuk selalu melayani dengan hati. Ilmu yang diperoleh selama masa studi, kata Prof. Ilyasin, bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga harus digunakan untuk melayani orang lain dengan cinta dan keikhlasan. “Melayani sepenuh hati, melayani dengan cinta, dan ikhlas adalah hal yang paling penting,” katanya.
Prof. Ilyasin juga mendorong para lulusan untuk selalu berpikir positif dan berbaik sangka. Ia mengingatkan bahwa setelah meninggalkan kampus, para lulusan diharapkan dapat menyampaikan hal-hal baik tentang kampus sebagai bukti kecintaan mereka. “Yang baik-baik saja sampaikan sebagai bukti kecintaan pada kampus. Yang tidak baik hanya sebagai dinamika dan proses menjadi lebih baik dan bijaksana,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof. Ilyasin mengajak para alumni untuk berperan sebagai agen perubahan di masyarakat. Ia menekankan bahwa suara alumni sangat berpengaruh dalam mempromosikan kampus. “Suara alumni adalah suara Tuhan. Kalau alumni berkata kampus ini baik, orang akan percaya lebih dari promosi biasa,” tegasnya.
Menghadapi era ketidakpastian, Prof. Ilyasin menantang para lulusan untuk melihatnya sebagai peluang besar dan berani melangkah maju. Ia mengingatkan bahwa yang bertahan bukanlah mereka yang paling kuat atau cerdas, melainkan yang mampu beradaptasi. “Belajar sepanjang hayat menjadi kunci dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan lingkungan,” tambahnya.
Di akhir pidatonya, Prof. Ilyasin menekankan pentingnya keberagaman sebagai kekuatan dan rahmat yang harus dijaga dan dihormati. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga hubungan dengan almamater, karena kampus akan selalu menjadi rumah bersama bagi para alumni. “Mari kita rawat hubungan ini dan nikmati perjalanan pengabdian masing-masing,” tutupnya.
Sementara itu, di antara yang mengikuti yudisium tersebut adalah Ketua Indonesian Professional Speakers Association (IPSA) Kaltim, Endro S Efendi, yang mengikuti program studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Endro yang sebelumnya juga menjabat sebagai ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim periode 2014 -2024 itu akhirnya menyelesaikan studinya dan berhak menggunakan gelar M.Sos dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00.
“Alhamdulillah, akhirnya bisa juga selesai. Di tengah kesibukan yang sangat padat, mengerjakan tugas akhir memang tidak mudah. Beruntung saya mendapatkan bimbingan yang sangat intens dari para dosen pembimbing, sehingga bisa terselesaikan dengan baik,” sebut Endro.
Ia kemudian menyebutkan, tesisnya berjudul Komunikasi Interpersonal dalam Hipnoterapi Islam untuk Memulihkan Fitrah Klien, berhasil dipertahankan di depan para penguji yakni Dr. Khojir, M.Si. (Ketua Tim), Dr. Hj. Ida Suryani Wijaya, M.Si. (Penguji Utama), Dr. Hj. Sy. Nurul Shobah, M.Si. (Penguji I), Dr. Sitti Syahar Inayah, M.Si. (Penguji II), dan A. Rivai Beta, S.Psi., M.I.Kom. (Sekretaris).
Endro mengakui, pilihannya berkuliah magister di kampus UINSI sangat tepat. “Banyak hal yang saya dapatkan selama berada di kampus dan menempuh pendidikan. Para dosen sangat sabar memberikan bimbingan, dan bisa mengarahkan mahasiswa agar bisa selesai dengan efektif,” pungkasnya. (*)