Mahasiswa STIPER Berau Demo, Tuntut Ketua Dicopot

oleh -380 views
DEMO Mahasiswa Stiper Berau. foto dok Satpol PP Berau

TANJUNG REDEB, DIMENSINEWS – Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Berau menggelar aksi damai di Halaman Kantor Bupati Berau, Jalan APT Pranoto, pada Kamis (11/12/2025). Aksi ini menuntut pemberhentian Ketua STIPER Berau dan mempertanyakan urgensi rencana merger kampus mereka.

Aksi mahasiswa ini berlangsung tertib di bawah pengamanan ketat dari aparat Polres Berau dan Satpol PP Kabupaten Berau.

Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Steve Firstson Ibau Imanuel, menyatakan bahwa tuntutan utama massa adalah pemecatan Ketua STIPER Berau.

Selain tuntutan pemecatan, massa mahasiswa juga menyoroti isu merger STIPER Berau dengan Universitas Muhammadiyah Berau (UMB). Mereka memprotes proses merger yang dinilai tertutup, karena dari tahap wacana hingga pelaksanaannya, proses tersebut tidak pernah melibatkan partisipasi mahasiswa, dosen, maupun civitas akademika lainnya.

“Ini sudah melanggar prinsip demokrasi kampus maupun asas keterbukaan informasi,” tegas Steve.
Mahasiswa mempertanyakan dasar hukum dan urgensi dari rencana penggabungan tersebut. Steve menyebut STIPER tidak termasuk dalam daftar kampus bermasalah yang tercatat di Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi LLDikti) wilayah 11 Banjarmasin.

“Kami tidak terdapat dalam daftar kampus bermasalah. Di situlah kami mempertanyakan, sebenarnya urgensinya apa [melakukan merger]? Kami menilai yang terjadi saat ini merupakan sebuah komersialisasi pendidikan,” jelasnya.

Keluhan Minimnya Dukungan Kemahasiswaan
Selain isu merger, mahasiswa juga mengeluhkan minimnya dukungan kampus terhadap kegiatan kemahasiswaan. Menurut Steve, pihak kampus tidak pernah memberikan dukungan, baik dari segi pendanaan maupun administrasi.

Ia mencontohkan kesulitan yang dihadapi organisasi mahasiswa, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM).

“Mahasiswa tidak pernah di-support dalam kegiatan apapun. Sekarang sulit untuk mendapatkan administrasi, seperti BEM, DPM dari pihak kampus ataupun Ketua ini sendiri tidak pernah memberikan tanda tangan untuk mengesahkan organisasi mahasiswa itu, yang mana ini sudah sangat melanggar kebebasan mahasiswa,” kritiknya.

Meskipun mengakui bahwa merger dari sekolah tinggi ke universitas dapat memiliki nilai positif dari segi grade atau akreditasi, mahasiswa menilai persoalan merger saat ini bukanlah suatu yang urgen maupun prioritas.

“Yang kita pertanyakan adalah dasar hukumnya atau sebenarnya urgensinya apa. Sekali lagi, STIPER ini bukan kampus yang bermasalah,” pungkasnya.

(ton/hel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.