Jangan Panik Kasus  Cacar Monyet, Dinkes Berau Imbau Puskesmas Deteksi Dini

oleh -40 views
Cacar monyet. foto halodoc

TANJUNG REDEB, DIMENSINEWS-   Beberapa hari belakangan Indonesia dibuat gempar karena ada temuan kasus Monkeypox (Mpox) atau Cacar Monyet

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Berau pun menyikapi dengan cepat mengenai kasus yang ramai di luar kota tersebut dengan mengimbau masyarakat agar jangan panik akan hal ini.

Hal itu diungkapkan Kepala bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Berau, Garna Sudarsono, bahwa keberadaan Mpox di Kalimantan, bahkan di Berau dipastikan tidak ada.

“Sejauh ini, Dinas Kesehatan Berau telah meneruskan Surat Edaran (SE) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, untuk peningkatan kewaspadaan tenaga medis terhadap kasus tersebut sebagai langkah preventif dan di Berau belum ada kasus Mpox,” ucapnya Sabtu (7/9/2024).

Lebih lanjut Garna menjelaskan, utamanya cacar monyet menular lewat kontak langsung dengan orang yang terjangkit virus cacar monyet.

“Misalnya contoh lagi bersalaman, tidur bersama, hingga bersentuhan dengan benda-benda yang terkontaminasi virus seperti handuk dan selimut,” ungkapnya.

Kata dia virus cacar monyet memiliki efek samping sakit berbeda dengan penyakit lainnya yang menyerang kekebalan tubuh manusia.

“Sehingga masyarakat kami imbau tetap tenang. Namun jika menemukan gejala-gejalanya, masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke puskesmas terdekat,” ujarnya.

Adapun menurutnya gejala virus cacar monyet, yaitu demam diatas 39 derajat celcius, setelah itu muncul ruam selama 1 hingga 3 hari.

“Perkembangan ruam sendiri lambat bisa mencapai 3 minggu. Kemunculan ruam pada penderita Mpox banyak muncul di area wajah, telapak tangan dan kaki. Sedangkan jika cacar air, kemunculan lebih banyak di badan dan tidak di telapak tangan dan kaki,” imbuhnya

“Pencegahan dan pengendalian itu arahannya adalah Surveilans, Terapeutik dan Vaksinasi,” tambahnya.

Alhasil hingga kini Garna menegaskan perihal kasus virus cacar monyet tidak bisa diabaikan dan bakal tetap mendorong masyarakat waspada terhadap penyebarannya.

“Sebab, potensi penularan itu masih ada, sehingga kami sudah imbau jajaran puskesmas melakukan peningkatan pengawasan. Bahkan  jangan juga langsung mendiagnosis orang tersebut, tapi perlu identifikasi dengan seksama. Kalau diduga (Mpox), sampelnya juga harus dikirim untuk di tes,” katanya. (adv/kes2024/si)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *