TANJUNG REDEB, DIMENSINEWS –
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian RI, Ir. Reni Yanita, M.Si, meresmikan Sentra Tenun Sukan Tengah di Kampung Sukan Tengah, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Selasa (20/5/2025). Peresmian ini sekaligus menjadi momen peluncuran inovasi pengelolaan bertajuk “Mantra Sutra” atau Manajemen Pengelolaan Sentra Tenun Sambaliung.
Program Mantra Sutra digagas oleh Rita Noratni, Kepala Bidang Perindustrian Disperindag Berau, sebagai bagian dari proyek perubahan dalam Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan I Tahun 2025 yang diikutinya di LAN RI Samarinda. Inovasi ini dirancang untuk mendorong profesionalitas dan keberlanjutan pengelolaan sentra tenun berbasis kearifan lokal.
Peluncuran ini mendapat dukungan penuh dari Wakil Bupati Berau, H. Gamalis, yang turut hadir bersama istri serta jajaran Forkopimda Kabupaten Berau. Dalam sambutannya, Dirjen IKMA Reni Yanita mengapresiasi hadirnya inovasi “Mantra Sutra” sebagai langkah strategis daerah dalam memperkuat industri kecil menengah (IKM), khususnya sektor tenun.
“Sentra tenun ini bukan hanya menjadi pusat produksi, tapi juga ruang pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Kementerian akan terus mendukung upaya pengembangan IKM yang dikelola secara profesional seperti ini,” ujarnya.
Sementara itu, Gamalis menyebut Mantra Sutra sebagai gerakan kolektif yang mampu mengangkat jati diri daerah lewat industri kreatif. “Ini bukan sekadar program, tapi bagian dari misi bersama untuk memajukan potensi lokal,” ucapnya.
Rita Noratni berharap Mantra Sutra mampu menjadi model pengelolaan sentra tenun yang efisien, berorientasi pada peningkatan nilai tambah produk, serta memperkuat daya saing di pasar nasional dan internasional.
“Inovasi ini saya dedikasikan untuk para penenun agar memiliki sistem kerja yang terstruktur dan berkelanjutan,” kata Rita.
Usai peresmian, Dirjen IKMA meninjau stand UMKM binaan Diskoperindag Berau yang memamerkan produk unggulan seperti batik khas Berau, tenun tradisional, manik-manik Dayak, madu lokal King Madu Borneo, serta aneka cemilan khas daerah. Ia memuji kualitas dan keberagaman produk, serta menekankan pentingnya promosi terpadu dan dukungan berkelanjutan bagi UMKM.
“Produk-produk yang ditampilkan luar biasa. Ini menunjukkan bahwa Berau memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal,” ungkap Reni Yanita.
Kepala Diskoperindag Berau, Eva Yunita, menjelaskan bahwa Sentra Tenun Sambaliung telah ditetapkan melalui SK Bupati Nomor 413 Tahun 2021. Sentra ini menjadi satu dari tiga sentra tenun aktif di Berau, bersama Tumbit Melayu dan Sei Bebanir Bangun, dengan total 37 perajin aktif.
Menurut Eva, pembangunan sentra ini didukung Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik dari Kemenperin pada tahun 2022 dan 2024, serta DAK non-fisik untuk pelatihan dan pendampingan. Ia menyebut masih ada kebutuhan infrastruktur tambahan seperti IPAL, ruang terbuka hijau, food court, dan pengaspalan akses jalan.
“Kami juga mengembangkan pelatihan pembuatan tas dari tenun yang dipadukan dengan kulit dan rotan, agar produk tenun memiliki variasi dan nilai jual yang lebih tinggi,” terang Eva.
Ia berharap sentra tenun ini menjadi tonggak kebangkitan industri kreatif Berau yang inklusif dan berkelanjutan. “Jika semua pihak bersinergi, sentra ini bisa menjadi pusat edukasi, inovasi, dan destinasi wisata berbasis budaya,” tutupnya.
(wnf/hel)