Terobosan Mandiri Pupuk dan Energi: DTPHP Berau Ubah 10 Kg Kotoran Sapi Jadi ‘Emas’ Biogas Organik

oleh -10 views
KOHE, Kotoran sapi yang dijadikan manfaat pupuk. ist

TANJUNG REDEB, DIMENSINEWS — Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPHP) Kabupaten Berau meluncurkan inisiatif revolusioner untuk memangkas ketergantungan peternak pada pupuk kimia mahal dan mendorong kemandirian energi. Program ini berfokus pada pengubahan limbah ternak, khususnya kotoran sapi, menjadi sumber daya bernilai tinggi: biogas dan pupuk organik cair (POC).

Inisiatif ini dipimpin oleh Widodo, Analis Pasar Hasil Pertanian Ahli Muda DTPHP Berau. Ia menekankan bahwa melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Biogas dan POC dari Kotoran Hewan (Kohe), pihaknya kini gencar mengedukasi peternak untuk melihat limbah sebagai berkah.
“Kenaikan harga pupuk kimia yang tinggi menjadi momentum bagi kami. Kotoran ternak, khususnya sapi, memiliki potensi besar yang belum tergarap optimal,” ujar Widodo, Kamis (13/11/2025).

Dari Limbah Harian Menuju Kemandirian
Widodo menjelaskan potensi masif dari limbah harian sapi. “Satu ekor sapi mampu menghasilkan kotoran sekitar 8 hingga 10 kilogram per hari. Jika ini dikelola dengan baik, jumlahnya melimpah sebagai sumber pupuk organik, dan otomatis mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang harganya sangat tinggi,” tambahnya.

Program Bimtek ini juga menjadi pelengkap bagi program utama DTPHP, yaitu PDKT (Pengembangan Desa Korporasi Ternak), yang didukung APBD Provinsi. Widodo menekankan bahwa kualitas bahan baku sangat penting; Kohe sapi harus memiliki kadar air minimal 10 persen untuk menjamin proses pengolahan menjadi pupuk dan biogas yang efektif.

Sejauh ini, Bimtek telah menjangkau kelompok peternak di daerah Talisayan dan Sukan. Tujuan utamanya adalah memastikan peternak mampu memproduksi pupuk dan biogas untuk kebutuhan operasional kelompok mereka sendiri.

PDKT: Sinergi Peningkatan Genetik dan Pemanfaatan Kohe
Selain fokus pada edukasi pemanfaatan limbah, DTPHP Pasir terus mengakselerasi program PDKT yang berfokus pada peningkatan genetik ternak dan pemanfaatan Kohe.

Untuk tahun 2024, DTPHP menargetkan tiga kelompok ternak penerima bantuan PDKT:
• Satu kelompok PDKT Kambing di Desa Pasayan.
• Dua kelompok PDKT Sapi di Kampung Sukan dan Kampung Samburakat, Kecamatan Gunung Tabur.

Widodo menggarisbawahi bahwa bagi ternak besar (sapi dan kambing), produk utamanya adalah peningkatan populasi dan penggemukan. Namun, pupuk organik dari Kohe adalah hasil sampingan vital yang menjadi kunci efisiensi pertanian. Sementara itu, untuk ternak unggas (ayam), fokus utama PDKT adalah produksi telur.

Persyaratan Bantuan dan Pengawasan Ketat
DTPHP Berau memastikan pengawasan ketat terhadap program ini. Petugas teknis di lapangan (mantri ternak atau penyuluh) ditugaskan untuk memantau langsung kesehatan, perkembangan, dan aspek keuangan kelompok penerima bantuan.

Bagi kelompok tani ternak yang tertarik mengajukan bantuan PDKT, DTPHP menetapkan beberapa syarat utama:
• Kelompok wajib terdaftar dalam Simluhtan (Sistem Penyuluhan Pertanian).
• Mengajukan proposal resmi.
• Wajib lolos survei lokasi untuk memastikan potensi kecocokan ternak dengan wilayah, serta kesiapan sarana, kandang, dan sumber daya manusia peternak.

“DTPHP Berau berkomitmen untuk terus terbuka bagi kelompok atau masyarakat yang ingin belajar dan mengembangkan budidaya ternak dan pemanfaatan Kohe secara mandiri,” tutup Widodo.

(adv/kom25/ton/hel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.