Perpustakaan Umum Berau Harus Segera Bertransformasi

oleh -724 views

PERPUSTAKAAN umum Kabupaten Berau harus segera bertransformasi setelah pencanangan Perpustakaan Ramah Anak, bukan hanya sebagai tempat membaca ,tetapi juga sebagai tempat kegiatan. Transformasi mengikuti perkembangan teknologi agar bisa menjawab kebutuhan masyarakat.

Menurut Mariani, tenaga pendidik dari SMA 1 Berau, Jumat (29/7/2022) kepada dimensinews, bahwa Perpustakaan Umum Berau mencanangkan sebagai perpustakaan ramah anak, memang harus mempersiapkan kebutuhan layaknya perpustakaan yang ramah untuk anak-anak.

“Harus disediakan space yang lebih luas, karena banyak variasi keinginan, kebutuhan , dan anak anak disiapkan tempat bermain,” ungkapnya.

Dilanjutkan Mariani, bahwa ini bisa berjenjang mulai tingkat Paud (Pendidikan Anak Anak Usia Dini) , Taman Kanak Kanak (TK) , Sekolah Dasar (SD) , Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Kita bisa analisis dulu kebutuhannya apa. Setelah ketemu kebutuhan yang paling menonjol , nanti perpustakaan bisa untuk menyediakan pemenuhan kebutuhannya. “ ungkap Mariani yang juga ketua Atpusi (Asosiasi Perpustakaan Sekolah).

MEMBANGKITKAN HARAPAN

Sementara itu Siti Ratna Sari, aktivis pemerhati perkembangan budaya literasi di Kabupaten Berau, mengenai perpustakaan ramah anak, ini menggembirakan, juga membangkitkan harapan.

“Saya membayangkan dari dunia anak-anak, punya semangat pergi ke perpustakaan untuk masuk dalam petualangan dalam buku-buku cerita yang disajikan perpustakaan. Tentu saja dengan bertemu para petugas yang ramah juga mampu memberi referensi terhadap tema-tema yang ingin ditemui anak-anak,” paparnya.

Hanya saja, aturan untuk tetap tertib agar dapat menjaga kenyamanan bersama saat memanfaatkan fasilitas perpustakaan ramah anak, tetap harus di kedepankan.

Yang kita harapkan, keseharian si anak giat dengan interaksi fasilitas perpustakaan ramah anak.
Sepertinya perpustakaan keliling juga harus di perbanyak, biar saat nunggu anak main sepak bola, ibunya bisa sambil membaca, anak nongkrong juga termotivasi membaca, walaupun saat ini ada hp, tapi buku dalam bentuk konvensional seperti sekarang tetap tidak bisa ditinggal.

“Kita kan tidak tau, kapam defisit energi listrik dan bahan bakar, tidak setiap waktu ada peluang membaca lewat hp atau tablet, budaya membaca lewat buku offline tetap dilestarikan. (helda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.