TANJUNG REDEB.DIMENSINEWS –
Pada saat ini Indonesia sedang menghadapi empat masalah Kesehatan Gizi yaitu stunting, wasting, underweight, dan overweight. Dimana untuk Kabupaten Berau sendiri angka stunting masih cukup tinggi. Untuk itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau menggelar seminar pentingnya peran kepala sekolah dan guru dalam mencegah stunting.
Diikuti ratusan peserta dari sekolah SMP , SMA baik negeri maupun swasta, dan petugas puskesmas se Kabupaten Berau, seminar dilakukan secara offline pada Kamis (20/7/2023) di ruang RPJMD Baplitbang. Dan juga beberapa sekolah yang lokasinya jauh mengikuti seminar secara daring melalui aplikasi zoom meeting.
Dengan pemateri dari Dirjen Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI, Putu Krisna Saputra, SKM, M.Kes. seminar yang dibuka oleh Staf Ahli Bidang Pembangunan dan Ekonomi Pemkab Berau, Sujadi, berlangsung secara aktif dengan respon peserta dalam mendengarkan penjelasan dari pemateri secara seksama.
Percepatan penurunan stunting pada Balita adalah program prioritas Pemerintah, sebagaimana termaktub dalam RPJMN 2020-2024. Dimana untuk target nasional pada tahun 2024, prevalensi stunting turun hingga 14%.
“Berdasarkan data SSGI tahun 2021 Prevalensi Balita Stunted secara nasional adalah 24,4%, Kalimantan Timur sebesar 22.8% sedangkan Kabupaten Berau sebesar 25.7% lebih tinggi dari nasional dan Provinsi kaltim. Remaja Putri yang mendapatkan Tablet Tambah Darah ( TTD) secara Nasional adalah 31.3%, Kalimantan Timur 4%, sedangkan Berau 0 % ( Balikpapan 6.6%, Kutai Kertanegara 5.4%, Kota Bontang 4%, Kutai Barat 3.4%, PPU 1.6%, Kutai Timur 1.4%, dan Kota Samarinda 1.3%). Capaian Konsumsi TTD Rematri Kab. Berau tahun 2022 adalah 6.6 % dari target 58 % tahun 2024,” jelas Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Berau, Suhartini.
![](https://dimensinews.id/wp-content/uploads/2023/07/IMG-20230720-WA0062-700x350.jpg)
Dengan angka tersebut, kesehatan dan status gizi para remaja harus dipersiapkan sejak dini, sehingga prediksi Indonesia mendapatkan bonus demografi pada 2030 mendatang dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif dan berdaya saing.
“Salah satu masalah kesehatan yang menjadi fokus pemerintah adalah penanggulangan anemia pada remaja puteri. Remaja yang sehat merupakan investasi masa depan bangsa. Generasi muda memiliki peranan penting untuk melanjutkan estafet pembangunan dan perkembangan bangsa,” tambahnya.
Sehingganya, kesehatan dan status gizi para remaja harus dipersiapkan sejak dini. Fase remaja merupakan fase dimana pertumbuhan fisik berjalan sangat pesat dan perkembangan hormonal yang makin matang, sehingga pemenuhan zat-zat gizi menjadi hal yang sangat mutlak. Kekurangan zat gizi pada saat remaja akan berdampak hingga dewasa.
Kegiatan Aksi Bergizi dilaksanakan dengan tiga intervensi utama, yaitu Sarapan dan Minum tablet tambah darah (TTD) bersama di sekolah/madrasah setiap minggu, edukasi gizi yang bersifat multi-sektor dengan tujuan mempromosikan asupan makan yang sehat dan aktivitas fisik, serta komunikasi untuk perubahan perilaku yang relevan dan komprehensif.
Implementasi program Aksi Bergizi tentunya diintegrasikan dengan TRIAS UKS, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat. Program suplementasi TTD pada remaja putri dimulai sejak tahun 2014 dan saat ini menjadi salah satu intervensi spesifik dalam upaya penurunan stunting sebagaimana tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 yaitu Persentasi Remaja Putri yang mendapat Tablet Tambah Darah tahun 2024 adalah 58%. (ADV/Kes/Ria)