Berau Contoh Pengelolaan Perhutanan Sosial

oleh -36 views
Thought Leaders Forum yang diselenggarakan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Jakarta, Rabu (12/3/2025). foto dok diskominfo Berau

TANJUNG REDEB,DIMENSINEWS –Dalam upaya menekan laju deforestasi hutan alam, salah satu upaya yang dilakukan Pemkab Berau yaitu melalui perhutanan sosial, yang memungkinkan masyarakat mengelola hutan dengan cara-cara berkelanjutan dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

Sebelumnya, model pembangunan yang dijalankan lebih bertumpu pada perubahan tutupan hutan alam, untuk penggunaan lainnya yang lebih ekonomis seperti perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri dan sebagainya.

“Alhamdulillah Berau menjadi contoh dalam hal pengelolaan perhutanan sosial di Kalimantan Timur. Kami telah berhasil menyusun dokumen Pembangunan Kawasan Terintegrasi (Integrated Area Development/IAD), yang pertama di Kalimantan Timur, pemanfaatan 98 ribu hektare perhutanan sosial di Berau,” ujar Sri Juniarsi dalam acara bincang Thought Leaders Forum yang diselenggarakan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Jakarta, Rabu (12/3/2025) lalu.
Pembangunan kawasan terintegrasi merupakan konsep pembangunan dengan memastikan kekayaan alam di kawasan hutan tersebut.

Menurut Sri, salah satu pemanfaatan lahan di wilayah kampung yaitu dengan budidaya komoditas kakao.

“Dengan pendampingan yang baik, yang salah satunya dilakukan bersama YKAN, kakao dari perkebunan rakyat ini bahkan bisa bersaing pasar nasional sampai saat ini,” terang Sri Juniarsih.

Bupati Berau Sri Juniarsih dalam acara Thought Leaders Forum yang diselenggarakan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Jakarta. dok diskominfo Berau

PENGEMBANGAN KAKAO
Semantara itu Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Berau, Lita Handini menambahkan, beberapa strategi yang dijalankan Pemkab dalam mendorong pengembangan kakao, yaitu mulai dari menggandeng multi pihak, pemetaan dan pengembangan kawasan kakao, peningkatan produksi sampai dengan peningkatan kualitas biji kakao yang terbaik.

“Kami juga memberikan fasilitas permodalan dan pemasaran melalui sistem kemitraan, hilirisasi produk kakao, promosi dan yang terpenting yaitu memberikan pendampingan yang lebih intensif terhadap petani, agar pemasaran menyasar labih jauh” urai Lita.
Irmaya Banaweng, salah seorang petani kakao dari Kampung Merasa yang juga hadir dalam diskusi menyebutkan, usaha perkebunan kakao sudah ada sejak tahun 1980 an. Sekarang semakin berkembang saat mendapat pendampingan dari pemerintah dan juga YKAN.
“Karena YKAN membuat kegiatan Pelatihan Internal Controlling System (ICS) Kakao. ICS memberikan banyak informasi kepada warga mengenai jenis, dan kualitas kakao di pasar mulai dari yang termurah biji kakao basah, kemudian biji kakao kering asalan, dan yang termahal dan paling banyak dicari yaitu biji kakao fermentasi,” kata Irmaya.

Pelatihan juga berkembang hingga ke pengolahan biji kakao fermentasi menjadi berbagai produk makanan dan minuman yang dikerjakan oleh kelompok perempuan Kampung Merasa. Sementara para petani dibantu menyusun standar budidaya untuk meningkatkan kualitas kakao sehingga bisa menembus pasar premium.

Upaya peningkatan mutu kakao, membuahkan hasil dengan adanya pengakuan publik terhadap kakao Merasa sebagai salah satu dari delapan kakao fermentasi berkarakter unik, otentik, dan spesifik dalam seleksi nasional menuju Cocoa of Excellence di Paris, Perancis, pada tahun 2021.
Dua tahun kemudian diluncurkan Single Origin Cokelat Kampung Merasa 74% bersama Pipiltin Cocoa, artisan cokelat premium di Indonesia.

“Harga kakao sedang mencapai rekor tertinggi. Ini bisa menjadi momentum yang baik untuk terus meningkatkan kualitas kakao di Berau, agar petani juga semakin sejahtera,” urai Irvan Helmi Co-Founder Pipiltin Cocoa.

Dikesempatan yang sama, Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto mengatakan Kampung Merasa di Kabupaten Berau merupakan contoh konkret bagaimana pelestarian alam bisa sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

YKAN menurutnya, secara konsisten terus bermitra dengan pemerintah pusat maupun daerah, dalam mendukung pembangunan hijau yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pelestarian alam.

“Melalui perhutanan sosial, kami mendampingi desa-desa dalam memetakan potensi yang mereka miliki. Selanjutnya, mereka kami dampingi dalam mengembangkan sumber mata pencaharian yang ramah dengan alam sehingga kesejahteraan terpenuhi dan alam tetap lestari,” ungkap Herlina.
Direktur Program Teresterial YKAN, Ruslandi menambahkan, dengan adanya program ICS, warga Kampung Merasa bisa mendapat pendampingan dalam menerapkan praktik budi daya yang baik, atau Good Agriculture Practice. Dalam hal ini, warga Kampung Merasa bisa berbudidaya kakao secara agroforestri, yaitu menanam kakao yang dikombinasikan tanaman kehutanan.

Upaya ini tidak hanya melindungi alam dari kerusakan, namun juga melindungi produsen dari paparan bahan kimia, dan menghasilkan produk berkualitas bagi produsen. “Ini sekaligus juga memulihkan dan melindungi hutan, serta menghindari deforestasi dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” pungkasnya.(wnf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.