Cegah Beras Oplosan, Tim Satgas Pangan Turun Cek Distributor Sembako

oleh -35 views
TIM Satgas Pangan turun ke lapangan, mengecek beras di beberapa titik. foto dok Dimensinews.id

TANJUNG REDEB,DIMENSINEWS- Tim Satgas Pangan di Kabupaten Berau turun untuk melakukan pengecekan ke beberapa distributor sembako untuk mencegah penyelewengan isi dan kualitas beras menjadi bahan tidak sesuai standar konsumsi atau oplosan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang (Kabid) Bina Usaha Diskoperindag Berau, Hotlan Silalahi, kepada awak media usai mengecek beras pada Senin (21/7/2025).

Sasaran pengecekan pertama adalah distributor di Kabupaten Berau serta waralaba nasional seperti Indomaret, Alfamidi, dan kios-kios. Semua produk beras dengan kualitas super dicek dan diambil sampel untuk dicek lebih lanjut oleh Bulog.

“Karena sampai hari ini pengecekan kita berdasarkan kasat mata, kami akan serahkan ke Bulog untuk hasil akhir. Apa ada bahan campuran berbahaya atau lain sebagainya,” ucap Hotlan.

Berdasarkan pemantauan di pergudangan distributor beras Jalan Durian III, salah satu jenis premium telah disisihkan. “Untuk sementara stok beras di beberapa titik pergudangan Berau aman dari jenis oplosan,” beber Hotlan.

Hotlan berharap konsumen lebih cermat saat membeli beras di pasaran. “Walaupun kemasannya ada tulisan premium dan medium sudah dicoret oleh distributor sesuai arahan pemilik perusahaan. Cek juga kecocokan harga tersebut,” tuturnya.

Pengawasan beras oplosan bukan hanya dari Diskoperindag, Dinas Pangan, dan Satgas Pangan, tetapi masyarakat selaku konsumen juga bisa menyuarakan hal tersebut. Jika ditemukan beras oplosan, pihak Satgas Pangan akan memberi sanksi kepada distributor.

Sebelumnya di Jakarta, kasus pengoplosan beras terungkap. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan kronologi terungkapnya praktik pengoplosan beras yang menyebabkan kerugian masyarakat hingga mencapai Rp 99,35 triliun. Penjelasan ini disampaikan saat rapat kerja bersama Komisi IV DPR pada Rabu, 16 Juli 2025 lalu.

Amran menjelaskan bahwa kasus beras oplosan ini bermula dari kejanggalan harga beras dalam dua bulan terakhir. Harga gabah di tingkat petani dan penggilingan menurun, tetapi harga jual kepada konsumen justru meningkat. “Harusnya kalau petani naik, baru bisa naik di tingkat konsumen,” katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Ia menambahkan bahwa menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras meningkat 14 persen atau lebih dari 3 juta ton. “Ada surplus 3 juta ton lebih dari kebutuhan, tetapi harga naik. Sehingga kami mencoba mengecek di seluruh Indonesia, ada 10 provinsi penghasil beras terbesar,” katanya.

(si/hel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.