TANJUNG REDEB,DIMENSINEWS- Langkah cepat Pemkab Berau melalui Tim Satgas Pangan dalam merespons isu peredaran beras oplosan mendapat apresiasi dari Sekretaris Komisi II DPRD Berau, Sujarwo Arif Widodo.
Ia menilai reaksi cepat tim di daerah layak dipuji, karena langsung melakukan pengawasan saat isu mencuat di tingkat nasional.
“Tim Satgas di Berau sudah sangat baik dalam langkah pencegahan. Mereka mendengar isu, langsung bergerak melakukan pengawasan,” ucapnya, Rabu (6/8/2025).
Jarwo juga menyebutkan, berdasarkan laporan yang diterima, tidak ditemukan campuran zat berbahaya dalam beras yang beredar, hanya ada kecurangan berupa pencampuran beras medium dengan beras premium.
Ia berharap Satgas Pangan yang sudah berjalan ini bisa dilegalkan melalui Surat Keputusan (SK) resmi, agar pengawasan bisa dilakukan secara berkelanjutan.
“Ini sudah langkah yang benar dari dinas. Tolong dijaga agar hal-hal seperti ini tidak membahayakan, karena berkaitan langsung dengan kesehatan konsumen,” tegasnya.
Sebelumnya, Satgas Pangan Berau melakukan inspeksi terhadap sejumlah distributor sembako di Tanjung Redeb, Senin (21/7/2025), menyusul temuan nasional terkait 200 merek beras oplosan. (adv/dprd25/si)
⸻
Komisi I DPRD Sorot Realisasi Pendapatan Retribusi Baru Capai 16 Persen
TANJUNG REDEB – Realisasi pendapatan dari sektor retribusi daerah Kabupaten Berau hingga akhir 2024 hanya mencapai Rp 18 miliar, atau sekitar 16 persen dari target Rp 110 miliar lebih.
Ketua Komisi I DPRD Berau, Elita Herlina, menilai capaian ini terlalu rendah dan menjadi alarm bahwa potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum tergarap optimal.
“Realisasi retribusi ini terlalu kecil. Kita perlu evaluasi, apa penyebabnya. Tidak bisa terus berharap dari tambang, karena sektor itu bisa saja habis sewaktu-waktu,” ujar Elita, Rabu (6/8/2025).
Ia mendorong agar Pemkab mulai serius menggali sektor-sektor alternatif yang lebih berkelanjutan, seperti pertanian dan perkebunan, yang secara data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), berada tepat di bawah sektor pertambangan.
Elita juga menyinggung potensi kelapa sawit yang belum dimaksimalkan, terutama karena belum adanya pabrik sawit skala besar di Berau, padahal bisa menjadi penggerak hilirisasi dan penciptaan lapangan kerja.
“Daerah lain seperti Kutai Timur dan Paser sudah punya pabrik sawit besar. Tapi kita belum. Padahal manfaatnya banyak,” pungkasnya.
(adv/dprd25/si/esf)