Arah Lebih Penting dari Kecepatan: Berau Tegaskan Fokus Tata Kelola Menuju Kota Kreatif

oleh -60 views
PESAN kunci dalam Rakor disampaikan oleh narasumber utama, Galih Sedayu, Pendiri dan Pimpinan Yayasan Semesta Kota. Ia menegaskan bahwa dalam mewujudkan Kota Kreatif: “Arah lebih penting daripada kecepatan.” foto Helda Mildiana Dimensinews.id

TANJUNG REDEB, DIMENSINEW – Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), Selasa (28/10/2025) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Ekonomi Kreatif (Ekraf) bertema “Berau Menuju Kota Kreatif”. Rakor yang dibuka di Ballroom Hotel Grand Parama ini menyoroti pentingnya penentuan arah yang jelas dan tata kelola yang kuat dalam memajukan Ekraf daerah.

Acara dibuka oleh Kepala Disparbud Berau, Ilyas Natsir, dan dihadiri sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD), pelaku Ekraf, perwakilan perusahaan, serta berbagai subsektor kreatif.

Membangun Tata Kelola, Bukan Sekadar Tata Rupa
Pesan kunci dalam Rakor disampaikan oleh narasumber utama, Galih Sedayu, Pendiri dan Pimpinan Yayasan Semesta Kota. Ia menegaskan bahwa dalam mewujudkan Kota Kreatif: “Arah lebih penting daripada kecepatan.”

Menurut Galih Sedayu, Berau harus memetakan fokus arah Ekraf secara jelas, mencontoh negara seperti Korea yang fokus pada industri film. Lebih dari itu, ia menekankan bahwa prioritas pembangunan kota kreatif terletak pada Tata Kelola, bukan hanya Tata Rupa.

“Arah lebih penting daripada kecepatan. Maka Berau, jangan hanya berusaha cepat, tapi tentukan dulu arah yang jelas, yang menjadi kompas kebijakan dan rekomendasi baik jangka pendek, menengah, dan panjang. Paling tidak harus ada kompas untuk 5 tahun ini,” tegas Galih Sedayu.

Ia menambahkan, Kota Kreatif yang berhasil adalah yang terbuka, aman, tangguh (mandiri), berkelanjutan, serta mampu meningkatkan kualitas hidup warga dengan menciptakan lapangan kerja dan peluang bisnis baru.

Ekonomi Kreatif Harus Menghasilkan Nilai Ekonomi
Kepala Disparbud Berau, Ilyas Natsir, dalam sambutannya menegaskan kembali definisi Ekraf yang menjadi fokus pemerintah daerah.

“Ekonomi kreatif bukan sekadar tentang ide atau kreativitas semata, melainkan juga kemampuan untuk menghasilkan nilai ekonomi yang nyata,” ujar Ilyas Natsir. Ia menjelaskan, kreativitas yang tidak menghasilkan uang tidak dapat disebut ekonomi kreatif.

Ilyas Natsir juga menyinggung perbedaan antara daya tarik wisata (seperti Keraton Sambaliung) dan destinasi wisata (seperti Kawasan Tanjung Redeb). Ia menyimpulkan bahwa setiap daya tarik harus diisi dengan produk dan kegiatan dari ekonomi kreatif.

Sementara itu, Ketua Panitia Rakor, Noorjatiah (Kabid Usaha Jasa Sarana Parawisata dan Ekonomi Kreatif), melaporkan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah menyatukan persepsi, memperkuat kolaborasi lintas OPD dan stakeholder, serta membangun ekosistem kreatif yang produktif di Bumi Batiwakkal, hingga melahirkan rencana aksi yang diwujudkan pada tahun 2026.

Rakor yang juga menghadirkan narasumber Putri Khaira Ansuri, Pegiat Pemasaran dan Public Relation Yayasan Semesta Kota, berlangsung komunikatif dengan diskusi mendalam serta penyampaian rencana aksi dari para peserta.

(adv/kom25/hel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.