Rudi P. Mangunsong: Sang Legislator Abadi Kini Turun Gunung, Misi Berat Mengangkat Banteng Merah Berau

oleh -80 views
LEGISLATOR Rudi P. Mangunsong bersama Sekjen PDIP, Dr. Hasto Kristiyanto. foto dok

Di KABUPATEN Berau, jika ada nama yang identik dengan Gedung DPRD, nama itu adalah Rudi Parasian Mangunsong. Sejak tahun 1999, sejak hari pertamanya lulus kuliah hukum di Jakarta, ia tak pernah berganti profesi. Karirnya hanya satu: Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Berau. Enam kali pemilu, enam kali ia dipilih rakyat. Ia adalah anomali, seorang politisi self-made yang teruji di kotak suara.

Kini, status itu bertambah: Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Berau yang baru, hasil penetapan di Konferensi Cabang (Konfercab) yang dihadiri Sekjen PDIP, Dr. Hasto Kristiyanto, di Hotel Novotel Balikpapan (8/12/2025).

Namun, amanah baru ini datang dengan beban yang ia sebut sebagai “beban berat.”
Di Tengah Badai, Memimpin Partai yang “Tak Diperhitungkan”
Rudi tidak menutupi kondisi partainya di kancah politik lokal. Ia terus terang.
“Posisi PDIP di Kabupaten Berau saat ini bisa dibilang tidak sebagai partai yang diperhitungkan,” aku Rudi.

Inilah tantangan utama Sang Legislator Abadi: mengambil alih kendali partai saat representasi mereka di kursi legislatif berada di titik terendah, yakni hanya dua kursi—penurunan signifikan dari sebelumnya tiga kursi.


“Penurunan kursi disebabkan banyak hal yang sebenarnya bisa diantisipasi dari awal,” analisisnya tajam. “Salah satunya adalah menempatkan kader-kader yang siap bertempur, kader yang progresif revolusioner, yang berani keluar dari zona nyaman.”

Lalu, bagaimana pria yang tak pernah absen dari kursi parlemen selama seperempat abad ini akan memimpin?

Filosofi “Tertawa dan Menangis Bersama Rakyat”

Pengalaman lima periode di legislatif telah menempa filosofi politiknya menjadi satu baris: bertemu, tertawa, dan menangis bersama rakyat.

“Tidak ada hal yang lebih baik selain setia mendengarkan keluhan masyarakat dan memperjuangkan keadilan, kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.

Visi ini yang akan ia bawa ke internal partai. Target 100 hari pertamanya bukan hingar-bingar media, melainkan fokus pada pembenahan struktur: konsolidasi pengurus dari tingkat Anak Ranting (RT) hingga Pengurus Anak Cabang (Kecamatan), serta bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat untuk mencari masukan positif.

Strategi “Rakyat Segalanya” Melawan Politik Transaksional
Jika tantangan internal adalah pembenahan struktur, tantangan eksternal adalah musuh bersama demokrasi modern: politik instan dan transaksional.

“Saat ini pemilih lebih mengedepankan pemilihan yang bersifat instan dan transaksional tanpa mau melihat program, SDM caleg, atau rekam jejak,” keluhnya.

Di sinilah Rudi, dengan rekam jejaknya yang terentang dari 1999 hingga 2024, menancapkan strategi perlawanan yang legacy-driven. Ia akan melawan “Dana Segalanya” dengan “Rakyat Segalanya.”

“Bangun basis rakyat. Dana sebagai alat, bukan tujuan. Turun ke bawah, bela rakyat,” cetusnya, mengubah tantangan finansial menjadi gerakan ideologis.
Strategi ini juga termasuk “menjiwai Gen Z.” Ia menyadari bahwa pemilih milenial akan menjadi mayoritas pada 2029. Oleh karena itu, komposisi pengurus PDIP Berau 2025–2030 akan diisi oleh anak-anak muda energik yang bisa masuk ke dunia mereka.

Target Kursi dan Isu Lingkungan yang Menggigit
Bagi Rudi, target 2029 adalah realistis, namun ambisius: menempatkan kader partai pada kursi pimpinan DPRD Kabupaten Berau.
“Semua dapil kami anggap semua berat. Tapi dengan kerja keras dan gotong royong para caleg, saya yakin semua dapil bisa mendapat satu kursi,” harapnya.

Secara platform, PDIP Berau di bawah kepemimpinannya akan fokus pada isu yang paling sensitif: eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan. Ini adalah sektor utama penyumbang PDRB Berau.

“Harus menjadi perhatian utama pemerintah daerah dalam hal: Bagaimana Serapan Tenaga Kerja Lokal, bagaimana Amdalnya, bagaimana CSR-nya,” ia menuntut.

Setelah seperempat abad menjadi perwakilan rakyat, kini Rudi P. Mangunsong adalah nahkoda bagi para banteng Berau. Mampukah ia mengangkat kembali kapal yang sedang oleng ini ke posisi terdepan?

Tantangan itu sudah ia terima. Sisa jawabannya?
“Harapan untuk Rakyat, biar rakyat yang jawab. hehehe,” pungkasnya, menyerahkan takdirnya kembali ke tangan pemilih Berau.


Helda Mildiana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.