NAIKnya bahan baku telur seiring barang barang lainya seperti tepung dan mentega, tentu sangat berdampak bagi pengusaha kue di Tanjung Redeb dan sekitarnya. Apalagi kue yang banyak mengunakan bahan telur, seperti bolu, cake , kue, putu Belanda, roti gembung, roti modern, kue tradisioal talam, bingka dan kue lain yang mengutamakan cita rasa.
Seperti pengusaha kue Okta Cake di Sambaliung.
Menurut Gita pemilik Okta Cake dalam sehari memerlukan 3-4 piring atau sekitar 120 butir telur dalam sehari. Ratusan telur ini digunakan untuk membuat kue kue ulang tahun pesanan dan yang ready stok seperti kue bolu, sus dan kue brownies. “Kue lapis surabaya yang paling banyak menggunakan telur,” kata Gita.
Dalam perjalannya mahalnya harga bahan kue, pengusaha kue ini tidak bisa mengurangi bahan yang akan berdampak kepada kualitas rasa.
Gita menyebutkan untuk kestabilan usahanya, dirinya hanya mengurangi ukuran kue, misal kue ulang tahun harga Rp 100 ribu ukuran 18 centimeter sekarang menjadi ukuran 16 centimeter.
“Harga tetap sama, itu aja solusinya agar bisa bertahan. Mudah mudahan harga telur bisa turun kembali,” kata Gita.
Sementara itu pemilik Dapoer Chanel , Annisa Rahmawati menyebut kalau usaha pembuatan kue miliknya saat ini masih bertahan meski harga telur naik.

Bertahan untuk tidak mengecilkan volume kue, tidak mengurangi bahan atau menaikkan harga.
“Harga telur memang naik, berdampak bagi penjual kue. Namun dari kami tidak ada yang dikurangi dari komposisi, dan jika masih memungkinkan , dijual dengan harga seperti biasa. Namun jika tidak memungkinkan lagi, lebih baik harga dinaikkan,” paparnya.
“Kalau kami, lebih baik menaikkan harga dari pada mengurangi komposisi bahan,” kata sarjana kehutanan yang hobi memasak ini.
Namun untuk saat ini, di dapoer Chanel belum menaikkan harga kue yang diproduksinya. setiap hari memerlukan 10 piring atau 300 butir telur untuk membuat aneka kue seperti roti gembong, putu Belanda, bolu jadul, bolu gulung, nona manis, cake caramel, pie buah segar dan donat.
Sedangkan di warung Tendean milik Wardah bersaudara di Jalan Piere Tendean, Tanjung Redeb setiap harinya memakai telur 4 piring atau 120 butir memproduksi lumpia, putri keraton, lapis Surabaya, bolu gulung, cake caramel, bolu gulung dan pie susu. Bahkan jika ada pesanan bisa menggunakan telur sampai 15 piring atau 450 butir.
“Kalau sebelumnya ketika telur belum naik, kita bisa mendapatkan laba sekitar 50 persen. Sekarang menjadi 30 persen dengan naiknya harga telur,” kata Wardah.
Kualitas tetap dijaga, dan untuk menaikkan harga, belum bisa. “Berat untuk menaikkan harga. Jadi kita mengurangi laba saja, dan mungkin rezeki kita disitu,” kata Wardah yang juga seorang instruktur senam ini.
Dan harapan seluruh pengusaha kue ini, agar harga telur bisa turun. (Helda Mildiana)